Edukasi Warga Padang Serai tentang Pemilahan Sampah dan Dampaknya terhadap Kesehatan
Masalah pengelolaan sampah masih menjadi tantangan besar di wilayah permukiman penduduk, termasuk di Kelurahan Padang Serai, Kecamatan Kampung Melayu, Kota Bengkulu. Sebagai wujud kepedulian terhadap isu ini, dosen dari Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK UNIB) bersama mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 177 menyelenggarakan kegiatan Sosialisasi Pemilahan Sampah Rumah Tangga dan Edukasi Dampak Sampah terhadap Kesehatan yang dilaksanakan di RT 15 Kelurahan Padang Serai. Sampah rumah tangga yang tidak dikelola dengan benar dapat menjadi sumber pencemaran lingkungan dan penyebaran penyakit. Penumpukan sampah basah berpotensi menjadi tempat berkembangbiaknya telur dan larva cacing, serta meningkatkan risiko penyakit berbasis lingkungan seperti diare, infeksi kulit, dan kecacingan. Kondisi ini diperburuk oleh minimnya edukasi komunitas mengenai pemilahan sampah dan dampaknya terhadap kesehatan.
Kegiatan pengabdian ini merupakan integrasi pendidikan kedokteran dengan aksi nyata di lapangan. Kegiatan berlangsung pada hari Sabtu, 28 Juni 2025, pukul 09.00–12.00 WIB. Melalui penyuluhan yang dikemas secara interaktif, dr. Lala Foresta Valentine Gunasari, M. Biomed menyampaikan materi edukatif didukung dengan video demonstrasi pemilahan sampah dan pengomposan sederhana. Diskusi bersama warga berlangsung aktif, dengan berbagai pertanyaan seputar praktik pengelolaan sampah rumah tangga yang aman dan ramah lingkungan. Warga menyampaikan bahwa mereka belum pernah menerima informasi khusus terkait bahaya sampah terhadap penyebaran infeksi cacing usus. Banyak ibu rumah tangga mengaku tertarik mencoba pemilahan sampah dapur untuk dijadikan kompos bagi tanaman rumah tangga. Hal ini menunjukkan bahwa edukasi berbasis komunitas memiliki potensi besar dalam mendorong perubahan perilaku kesehatan lingkungan. “Kesadaran akan hubungan antara kebersihan lingkungan dan penyakit tropis seperti infeksi cacing masih rendah. Kegiatan ini membuka wawasan masyarakat bahwa penyakit bisa dicegah dari rumah sendiri—melalui pengelolaan sampah yang benar,” ujar dr. Lala Foresta Valentine Gunasari, M. Biomed sebagai narasumber dalam kegiatan tersebut.
Kegiatan pengabdian ini juga memperkuat kolaborasi antara institusi pendidikan tinggi dan masyarakat sebagai mitra strategis dalam menciptakan lingkungan sehat. Penguatan kapasitas kader dan tokoh masyarakat lokal diharapkan mampu melanjutkan upaya edukasi dan membentuk sistem pengelolaan sampah skala rumah tangga yang berkelanjutan. Untuk keberlanjutan dampak kegiatan, diperlukan dukungan dari pemerintah kelurahan dan puskesmas dalam membentuk kader pengelola sampah berbasis RT. Diseminasi informasi kesehatan lingkungan juga perlu dilakukan secara berkala agar masyarakat tidak hanya menerima informasi sesaat, tetapi dapat menerapkan kebiasaan baru secara konsisten (LFVG/VYS).