Edukasi Pentingnya Menjaga Keseimbangan Mikrobiom Usus dan Pemberdayaan Potensi Probiotik Indigenous Makanan Fermentasi Tradisional Khas Bengkulu “Lemea”: Pengabdian Berbasis Riset
Pasar Pedati, 22 September 2024 — Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Bengkulu (FKIK UNIB) melaksanakan kegiatan pengabdian berbasis riset di Desa Pasar Pedati, Kabupaten Bengkulu Tengah. Kegiatan ini mengangkat tema “Pentingnya Menjaga Keseimbangan Mikrobiom Usus dan Pemanfaatan Probiotik Indigenous dari Makanan Fermentasi Lemea”, dengan fokus pada edukasi tentang kesehatan usus dan potensi probiotik yang terkandung dalam makanan tradisional khas Bengkulu, yaitu lemea.
Kegiatan ini dipimpin oleh Mardhatillah Sariyanti, S.Si, M.Biomed bersama tim yang terdiri dari dr. Noor Diah Erlinawati, M.Gizi, Sp.GK sebagai narasumber utama dalam penyuluhan tentang keseimbangan mikrobiom usus dan Mardhatillah Sariyanti, S.Si, M.Biomed yang turut menyampaikan hasil riset terkait lemea. Kegiatan ini dimulai dengan pre-test untuk mengukur pengetahuan awal masyarakat tentang pentingnya mikrobiom usus dan probiotik.
Penyuluhan Menjaga Kesehatan Usus dan Potensi Probiotik
Kegiatan penyuluhan dimulai dengan pemaparan oleh dr. Noor Diah Erlinawati yang menjelaskan pentingnya menjaga keseimbangan mikrobiom usus untuk kesehatan tubuh. Dokter spesialis gizi ini juga memberikan wawasan mengenai peran probiotik dalam mendukung fungsi pencernaan dan imunitas tubuh.
Setelah kegiatan penyuluhan, Mardhatillah Sariyanti memaparkan hasil penelitian mengenai lemea, makanan fermentasi khas Bengkulu, yang mengandung bakteri asam laktat dengan potensi sebagai probiotik. Namun, penelitian menunjukkan bahwa cara memasak lemea dengan suhu tinggi menyebabkan bakteri probiotik mati. Oleh karena itu, tim menyarankan adanya modifikasi dalam proses memasak agar probiotik tetap terjaga dan dapat memberikan manfaat kesehatan yang optimal.
Masyarakat Desa Pasar Pedati menunjukkan ketertarikan yang besar terhadap informasi mengenai lemea sebagai makanan yang kaya akan probiotik. Banyak peserta yang bertanya mengenai cara mengonsumsi lemea yang tepat agar manfaat probiotiknya tidak hilang. Sesi tanya jawab berjalan interaktif dengan masyarakat yang semakin tertarik untuk mengetahui lebih lanjut tentang potensi kesehatan yang dapat diperoleh dari konsumsi lemea.
Dari kegiatan ini, masyarakat yang gemar mengonsumsi lemea merasa terbantu dengan informasi mengenai kandungan probiotik dalam lemea. Banyak dari mereka yang belum mengetahui bahwa cara memasak lemea dengan suhu tinggi dapat membunuh bakteri probiotik yang bermanfaat. Tim pengabdian memberikan saran agar ke depan, metode pengolahan lemea dapat dimodifikasi sehingga probiotik tetap terjaga.
Sebagai tindak lanjut, tim riset berencana untuk mengembangkan inovasi dalam cara memasak dan mengonsumsi lemea secara efektif tanpa menghilangkan probiotiknya. Selain itu, akan dilakukan bioprospeksi bakteri asam laktat dari lemea untuk dijadikan produk minuman sederhana yang kaya akan probiotik.
“Lemea memiliki potensi besar sebagai sumber probiotik lokal yang dapat mendukung kesehatan usus, dan dengan inovasi yang tepat, manfaatnya bisa ditingkatkan lebih lanjut,” kata Mardhatillah Sariyanti, Ketua Tim Pengabdian Berbasis Riset. [NAM/VYS]
Pemberian Suvenir dan Sembako pada peserta kegiatan pengabdian